Minggu, 21 November 2021

Mullah Baradar, Pendiri Taliban Kandidat Kuat Presiden Baru Afghanistan

AFP PHOTO/KARIM JAAFAR Pemimpin tim perunding Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar melihat deklarasi akhir pembicaraan damai antara pemerintah Afghanistan dan Taliban yang disampaikan di ibu kota Qatar, Doha, pada 18 Juli 2021.
AFP PHOTO/KARIM JAAFAR Pemimpin tim perunding Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar melihat deklarasi akhir pembicaraan damai antara pemerintah Afghanistan dan Taliban yang disampaikan di ibu kota Qatar, Doha, pada 18 Juli 2021.


Situasi keamanan di Afghanistan berubah cepat dengan evakuasi warga, staf kedutaan oleh negara masing-masing, ketika Taliban menguasai Kabul.

Ditinggalkan oleh Presidennya, Ashraf Ghani, masyarakat Afghanistan sekali lagi mengalami ketidakpastian tentang masa depannya, setelah menjadi “eksperimen” Barat selama 20 tahun.

Dalam situasi ini, nama , disebut-sebut bakal diusung Taliban sebagai “presiden” Afghanistan yang akan datang.

Lebih dikenal sebagai Mullah Baradar, dia adalah salah satu dari empat orang yang mendirikan gerakan Taliban di Afghanistan pada 1994, dan merupakan salah satu komandan tepercaya pendiri Taliban.

Jika Haibatullah Akhundzada adalah pemimpin keseluruhan Taliban, Baradar lebih dikenal sebagai kepala politik dan wajah paling populer dari kelompok ekstremis bersenjata itu.

Sebagai pemimpin urusan politik kelompok pemberontak itu, Baradar sebelumnya menjadi perwakilan bagian dari tim perundingan di Doha dengan pemerintah Amerika Serikat (AS).


Kehidupan pribadi

Berdasarkan informasi interpol, Baradar diketahui lahir di desa Weetmak di distrik Dehrawood, provinsi Uruzgan Afghanistan, pada 1968.

Ia juga dikenal sebagai bagian dari cabang Popalzai dari suku Durrani, sama seperti mantan presiden Afghanistan Hamid Karzai.

Seperti kebanyakan orang Afghanistan, kehidupan Baradar berubah selamanya karena invasi Soviet ke negara itu pada akhir 1970-an. Periode ini diyakini menjadi salah satu masa yang membentuk sifat pemberontaknya.

Pada 1980-an, bersama mujahidin Afghanistan dia ikut bertempur melawan Soviet. Pertemuannya dengan ulama bermata satu Mullah Omar juga diyakini terjadi ketika keduanya berjuang berdampingan dalam masa ini.

Setelah Rusia diusir pada 1992, Afghanistan jatuh ke dalam perang saudara antara panglima perang yang bersaing.

Di tengah kekacauan dan korupsi perang saudara yang meletus setelah penarikan Soviet, Baradar mendirikan madrasah di Kandahar bersama Omar. Keduanya kemudian mendirikan gerakan Taliban pada awal 1990-an.


Pengendali dana

Setelah membantu mendirikan gerakan Taliban pada 1994, Mullah Baradar mengembangkan peran sebagai ahli strategi dan komandan militer.

Sebagai tokoh kunci Taliban, ia diyakini memimpin pemberontakan dan mengelola pendanaannya sehari-hari.

"Istrinya adalah saudara perempuan Mullah Omar. Dia mengendalikan uang. Dia melancarkan beberapa serangan paling mematikan terhadap pasukan keamanan kami," kata seorang pejabat Afghanistan yang tidak mau disebutkan namanya kepada BBC.

Dia memegang tanggung jawab penting di hampir semua perang besar di Afghanistan, dan tetap menjadi komandan tertinggi formasi Taliban di wilayah barat (Herat) serta Kabul.

Dipicu oleh semangat keagamaan, kebencian yang meluas terhadap para panglima perang dan dukungan substansial dari badan Intelijen Antar-Layanan Pakistan (ISI), Taliban meraih kekuasaan pada 1996 di Afghanistan.

Kekuasaan itu diraih setelah serangkaian penaklukan yang menakjubkan atas ibu kota provinsi yang mengejutkan dunia, sama seperti gerakan yang telah dilakukan dalam beberapa pekan terakhir.

Pada saat Taliban digulingkan, dia adalah wakil menteri pertahanan mereka. Seperti para pemimpin Taliban lainnya, Baradar menjadi sasaran sanksi Dewan Keamanan PBB, yang mencakup pembekuan aset, larangan bepergian, dan embargo senjata. (sumber : kompas.com)


Biografi Muhammad Al Fatih (Mehmed II), Kisah Penaklukan Konstantinopel

Muhammad Al Fatih


 Profil dan Biografi Muhammad Al Fatih. Ia juga dikenal sebagai Sultan Mehmed II. Ia merupakan sultan Turki Utsmani yang berkuasa pada tahun 1444 – 1446 dan 1451 – 1481.

Ia dikenal dunia sebagai penakluk Konstantinopel yang kala itu dikuasai oleh kekaisaran Romawi Timur. Berikut profil dan biografi Muhammad Al Fatih dan kisahnya dalam penaklukan konstantinopel.


Biografi Muhammad Al fatih

Muhammad Al Fatih lahir dengan nama asli Mehmed bin Murad. Ia lahir pada tanggal 30 Maret 1432 di Edirne, ibu kota Turki Utsmaniyah.

Ayahnya bernama Sultan Murad II yang diketahui merupakan sultan Turki Utsmaniyah. Ibunya bernama Hüma Hatun yang merupakan istri keempat dari Sultan Murad II.

Sultan Mehmed dikenal dunia dengan nama Muhammad Al Fatih berarti ‘Penakluk’. Orang Turki menyebut Sultan Mehmed dengan sebutan ‘Fâtih Sultan Mehmed Han II‘.


Naik Tahta di Usia 12 Tahun.

Di usia 11 tahun, ia dikirim oleh ayahnya untuk memerintah Amasya. Ia merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq. Ia juga murid dari Molla Gürani. Ia juga diketahui sudah menguasai bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6 bahasa.

Pada usia 12 tahun, Muhammad Al Fatih sempat naik tahta menggantikan ayahnya, Sultan Murad II. Namun karena serangan bangsa Honggaria kala itu membuat ayahnya Sultan Murad II kembali naik tahta dan memimpin pasukan turki memadamkan perlawanan Bangsa Honggaria kala itu.

Sultan Murad II memerintah Turki hingga kematiannya pada tahun 1451. Setelah kematian Sultan Murad II, Muhammad Al Fatih kembali naik tahta menggantikan ayahnya yang sudah meninggal. Ia naik tahta pada usia 21 tahun.


Usaha Penaklukan Konstantinopel

Sejak dahulu, Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Kostantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ‘Anhu.

Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H.

Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sulthan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M.

Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.

Kemudian ayah Muhammad Al Fatih juga beberapa kali melakukan pengepuangan Konstantinopel namun berkali-kali mengalami kegagalan.

Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Kostantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam.

Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi.

Ketika naik takhta, Sultan Muhammad Al Fatih segera menemui Syeikh Semsettin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel. Persiapan pun dilakukan. Sultan berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara.

Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan dari Nabi Muhammad SAW terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.


Pengepungan Konstantinopel

Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Muhammad Al Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Mehmed II atau Muhhamd Al Fatih berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Tuhan.

Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur’an mengenainya serta hadis Nabi Muhammad SAW tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah SWT.

Peperangan itu memakan waktu selama 54 hari. Konstantinopel kepung secara besar-besaran oleh pasukan Turki Utsmaniyah dibawah komando Muhammad Al Fatih.

Pasukan turki utsmaniyah juga melakukan blokade laut dengan ratusan kapal perang mengepung kota Konstantinopel. Sultan Muhammad Al Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran Konstantinopel yang kala itu diperintah oleh kaisar Byzantium, Konstantinus XI Palaiologos.

Dalam mempertahankan Konstantinopel agar tidak jatuh ke tangan bangsa Turki, Kaisar byzantium dibantu oleh sejumlah pasukan dari Italia yang dipimpin oleh Giovanni Gustinianni.

Selama beberapa hari, Konstantinopel terus bertahan dari serangan besar-besaran bangsa Turki Utsmani. Kerajaan Byzantium dikeliling oleh benteng yang sangat kuat.

Usaha untuk menjebol benteng kerajaan Byzantium terus dilakukan oleh pasukan Turki Utsmani menggunakan pelontar batu serta pemanah untuk melemahkan pertahanan benteng. Kemudian menggunakan meriam untuk menjebol benteng kerajaan Byzatium.

Pasukan Turki Utsmani juga menggunakan meriam raksasa Turki yang dikenal dengan nama Meriam Basilica yang dibuat oleh Urban, seorang teknisi dari Hunggaria. Meriam raksasa ini mampu menembakkan bola batu dengan berat 272 kg dan diameter 63 cm sejauh hingga 2 kilometer.

Selain melakukan penyerangan lewat darat juga dilakukan penyerangan lewat laut melalui armada laut Turki Utsmani. Untuk melemahkan kekuatan benteng Byzantium, Pasukan Turki Utsmani juga membuat terowongan dalam tanah untuk meledakkan benteng dari bawah.

Kerajaan Byzantium dikenal memiliki benteng yang kokoh dan sangat kuat. Selain itu, Kerajaan Byzantium juga memiliki rantai raksasa yang membentang sepanjang 275 meter menutup akses masuk ke wilayah kerajaan Byzantium melalui Teluk Tanduk Emas (Golden Horn).

Ketika pengepungan dilakukan, Pasukan turki Utsmani tidak dapat melewati teluk tanduk emas karena rantai raksasa yang membentang tersebut.

Strategi Al Fatih menaklukkan Konstantinopel yang paling dikenal dunia dengan memerintahkan pasukannya menarik kapal mereka melewati darat melewati Teluk Tanduk Emas (Golden Horn).

Ratusan gelondongan kayu yang dilumuri minyak dipasang sebagai bantalan untuk memudahkan menarik kapal melewati darat. Pekerjaan itu dilakukan oleh pasukan Turki utsmani dalam satu malam.

Sehingga keesokan harinya mereka berhasil menyebrangkan sekitar 80 kapalnya melewati bukit di teluk Tanduk Emas. Setelahnya, Muhammad Al fatih kemudian memerintahkan pasukannya untuk melakukan serangan besar-besaran.

Serangan besar-besaran pasukan Turki Utsmani ini membuat pasukan Byzantium kewalahan. Mereka bertahan mati-matian mempertahankan benteng dari serangan Turki Utsmani.

Dalam serangan besar-besaran tersebut, Giovanni Giustiniani dari Genoa yang membantu kerajaan Byzantium terluka parah membuat pasukan Italia mundur ke pelabuhan.

Mundurnya pasukan Italia ini membuat pasukan kerajaan Byzantium bertahan sendiri hingga mati-matian dari serangan. Tak kuasa menahan serangan, benteng pertahanan kerajaan Byzantium kemudian dapat ditembus oleh pasukan Janisari milik Turki Utsmani.


Menguasai Konstantinopel

Kaisar Byzantium, Konstantinus XI Palaiologos bertempur sampai mati bersama pasukannya mempertahankan bentengnya. Sebagian Pasukan Byzantium yang lain memilih untuk menyerah.

Pada tanggal 29 Mei 1453, Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih bersama dengan pasukan Turki Utsmani berhasil kota Konstantinopel dari kerajaan Byzantium.

Hal ini juga menandai jatuhnya kekaisaran Romawi Timur ke tangan pasukan Turki Utsmani. Ini juga menandai berakhirnya abad pertengahan.

Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih kemudian mengubah nama Konstantinopel menjadi Istambul. Ia juga menjadikan Istambul sebagai ibukota negara dari kerajaan Turki Utsmani. Dan mengubah gereja Hagia Sopia menjadi Masjid.

Setelah penaklukan ini, Sultan Mehmed II kemudian digelari sebagai Fâtih Sultan Mehmed Han II atau Muhammad Al Fatih yang berarti Muhammad Sang Penakluk. Orang Italia menjulukinya sebagai La Grande Aquila yang berarti Sang Elang Agung.


Ekspansi ke berbagai Wilayah

Setelah mengusai Konstantinopel, Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih mendirikan kekaisaran Turki Utsmani. Ia kemudian melanjutkan penaklukannya ke wilayah Serbia pada tahun 1459.

Ia juga melakukan penaklukan di wilayah Morea. Setelah itu, Sultan Mehmed II mengarahkan pasukannya menaklukkan wilayah Tepi Laut Hitam meliputi wilayah Trebizond dan Gazarian.

Dalam biografi Muhammad Al Fatih diketahui bahwa ia juga menaklukkan wilayah Wallachia yang kala itu dikuasai oleh Vlad III Sang Drakula. Setelahnya, Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih menaklukkan berbagai wilayah di Eropa, seperti di Bosnia dan Karaman.

Dalam kepemimpinannya sebagai Sultan Kekaisaran Turki Utsmani, Muhammad Al Fatih dikenal karena kebijakannya yang membebaskan rakyatnya dalam menjalankan ibadah keagamaan sesuai keyakinannya masing-masing dan menjamin keamanannya.

Ia juga membangun banyak universitas, madrasah dan istana. Ia banyak berdiskusi dengan para ulama mengenai permasalahan agama. ia juga banyak mengundang para ilmuwan muslim ke Turki. Tak mengherankan jika kala itu kekaisaran Turki Utsmani menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan di Eropa.


Muhammad Al Fatih Wafat

Setelah lama memerintah Kekaisaran Turki Utsmaniyah, Sultan Mehmed II atau lebih dikenal dengan Muhammad Al Fatih wafat karena sakit.

Ia wafat pada tanggal 3 Mei 1481 di usia 49 tahun. Ia dimakamkan di wilayah Masjid Fatih, Istanbul, Turki. Sepeninggal Muhammad Al Fatih, kekuasaan Turki Utsmani kemudian dilanjutkan oleh putranya Sultan Bayezid II.


Khalid Bin Walid, Kisah Pejuang Islam Paling Pemberani



Profil dan Biografi Khalid Bin Walid singkat. Pada saat Nabi Muhammad SAW diutus di Mekkah untuk menjadi nabi yang terakhir, Ia tak serta merta mendapat sambutan baik dari masyarakat Quraisy.

Mereka justru yang paling durhaka terhadap dakwah Nabi. Bani Makhzum menjadi salah satu penentang yang paling keras dan muncul nama-nama pembangkang Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam seperti Abu Jahal dan Al Walid Bin Mughirah termasuk Khalid bin Walid.

Khalid bin Walid merupakan orang yang sangat menguasai medan peperangan jika perang berlangsung. Saat masuk Islam, ia dikenal dengan julukan Pedang Allah Yang Terhunus karena kecerdikannya dalam berperang. Berikut profil dan biografi Khalid bin Walid secara singkat dan kisah perjuangannya dalam menegakkan agama Islam.


Profil dan Biografi Khalid Bin Walid

Nama lengkapnya adalah Abū Sulaymān Khālid bin al-Walīd bin al-Mughīrah al-Makhzūmī. Ia diketahui lahir pada tahun 585 Masehi. Ayahnya bernama Walid bin al-Mughirah. Ibunya bernama Lubabah as-Saghirah. Khalid bin Walid berasal dari Bani Makhzum yang termasuk sebuah suku besar masyarakat Quraisy. Bani Makhzum mempunyai tugas mengurus masalah peperangan.

Ditambah lagi Ayah Khalid Bin Walid adalah seorang yang kaya raya di Mekkah sehingga kehebatan dan fasilitas yang dimiliki keluarganya begitu menonjol. Khalid yang sejak awal menaruh minat besar pada dunia peperangan. Ia tidak bekerja sebagaimana pemuda lainnya.

Tak hanya itu ketika musim dagang ke negeri Syam tiba, Khalid bin Walid tak pernah absen untuk pergi bersama kafilah dagang Mekkah ke Syam. Di sana ia justru memanfaatkan kesempatan untuk belajar strategi perang pada Romawi. Inilah yang membuat Khalid begitu mahir dalam bidang peperangan dan persenjataan.


Kecerdikan Khalid Dalam Perang Uhud

Pada tahun ketiga Hijriah, Keahlian Khalid bin Walid dalam berperang pun mulai terlihat Pada saat Perang Uhud. Dalam rangka untuk membalaskan dendamnya atas kekalahan kaum Quraisy pada saat Perang Badar, saat itu kaum Quraisy hampir saja menelan kekalahan untuk kedua kalinya.


Bukit Uhud 

Akan tetapi pasukan pemanah kaum Muslimin yang berada di atas bukit menghianati amanah yang telah diberikan Rasulullah SAW. Mereka berfikir bahwa kaum Quraisy setelah mundur dari peperangan. Hingga akhirnya mereka turun dari bukit untuk mengambil harta rampasan perang.

Di sinilah peran Khalid bin Walid sebagai sang pemimpin pasukan berkuda pun melihat menonjol. Celah yang terbuka yang ada di barisan kaum Muslimin dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Khalid bin Walid.

Ia kemudian memimpin pasukan berkuda kaum Quraisy berbalik menyerang. Khalid mengambil arah memutar balik di balik bukit. Ia kemudian mampu menyerang pasukan Muslimin dari belakang. Hal yang dilakukan oleh Khalid bin Walid ini kemudian berhasil menekan pasukan muslimin.

Sejak saat itu kehebatan Khalid bin Walid dalam berperang mulai diakui. Ia pun mulai mendapatkan perhatian dari Nabi Muhammad SAW. Hal ini terlihat pada saat umrah Qadha.


Khalid bin Walid Masuk Islam

Pada tahun 7 Hijriyah, Nabi Muhammad SAW memberikan komentar kepada saudara Khalid yang telah memeluk Islam. Setelah itu tercatat Khalid sering bertukar kabar dengan saudaranya. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan masuk Islamnya Khalid bin Walid. Rasulullah mengatakan kepada Al Walid yang menjadi saudara Khalid.

…Andai saudaramu Khalid masuk Islam maka kami akan jadikan ia pemimpin. – Rasulullah SAW

Al-walid kemudian mengirimkan surat kepada Khalid bin Walid yang berisikan tentang ajaran-ajaran Islam dan kemuliaan Islam yang kemudian memotivasi Khalid.

Maka di tahun selanjutnya tepat pada bulan Safar pada tahun 8 Hijriyah, Khalid bin Walid menjemput hidayahnya. Seorang diri ia berangkat ke Madinah untuk bersyahadat langsung di hadapan Nabi Muhammad SAW.

Di tengah perjalanan, ia bertemu sahabatnya Amr Bin Ash yang juga ingin memeluk Islam. Maka Madinah begitu bergembira menyambut keislaman sang idola perang kota Mekah. Menyadari ketertinggalannya dalam menerima hidayah Islam, Khalid pun tak mau tertinggal oleh sahabat lainnya dalam meraih pahala dan Ridha Allah SWT.


Panglima Perang di Pertempuran Yarmuk

Maka tak ada jalan bagi Khalid selain menyumbangkan keahlian yang paling ia kuasai untuk membela Islam. Dua bulan setelah keislaman Khalid, Pada tahun 8 hijriyah untuk pertama kalinya kaum muslimin berperang melawan kekuatan besar Romawi Timur. Kaum muslimin berhadapan dengan para tentara Romawi Timur di wilayah Yarmuk yang kemudian dikenal dengan nama Pertempuran Yarmuk.

Tak tanggung-tanggung bahkan Rasulullah SAW menunjuk tiga orang panglima dalam perang ini. Pertempuran Yarmuk inilah yang dikenal sebagai perang terbesar kaum muslimin yang terjadi pada masa Rasulullah SAW.

Khalid bin Walid tak mau melewatkan perannya bersama tiga ribu pasukan muslimin. Ia membulatkan tekadnya untuk berjihad dalam perang tersebut. Mendekati lokasi perang kaum muslimin pun baru mendapatkan informasi mereka akan menghadapi pasukan berjumlah 200 ribu orang.

Perang yang tidak berimbang, Namun kaum muslimin berjuang tak memperdulikan jiwa dan raganya. 3 ribu pasukan muslimin berhadapan dengan 200 ribu pasukan Romawi di wilayah Yarmuk.

Peperangan pun berlangsung begitu sulit, Tiga orang panglima Islam yang memegang komando panji perjuangan kaum muslimin satu persatu berguguran. Pasukan muslimin pun terdesak. Hingga akhirnya Khalid bin Walid, seorang yang baru dua bulan memeluk Islam mengambil alih komando perang ini.


Khalid bin Walid, Sang Pedang Allah Yang Terhunus 

Dalam biografi Khalid bin Walid diketahui bahwa ia berhasil menyelamatkan pasukan muslimin dari kekalahan. Ia kemudian terkenal dengan julukan sebagai atau Sayf Allāh al-Maslūl atau Pedang Allah Yang Terhunus.

Maka di malam harinya, Khalid berpikir keras untuk menyelamatkan pasukan Muslimin. Khalid berhasil mengelabui musuh yang beranggapan bahwa kaum muslimin mendapat pasukan tambahan.

Siasat Khalid bin Walid begitu ajaib dan belum pernah terpikirkan. Pasukan kaum muslimin yang berada di sebelah kiri ia pindahkan ke kanan. Begitupun sebaliknya. Dan pasukan muslimin yang berada di bagian depan ia pindahkan ke bagian belakang dan sebaliknya.

Bahkan bendera-bendera ia tukar warnanya dan meminta pasukan muslimin agar membuat kegaduhan. Kuda dan Unta dibuat terus bergerak hingga membuat banyak debu.

Hingga pada pagi hari, Tentara Romawi kaget karena melihat wajah baru dan warna bendera yang baru. Mereka juga mendengar ada suara gaduh seperti bala bantuan yang datang dan beranggapan bahwa di depan mereka adalah pasukan yang baru.

Dan itulah hari yang luar biasa sehingga pasukan Romawi tidak berani mengejar pasukan muslimin ketika kaum muslimin menyelamatkan diri ke belakang. Rasulullah SAW memuji apa yang dilakukan Khalid karena ia bukan lari dari medan pertempuran.

Melainkan ia kembali ke tempat yang lebih kuat untuk merencanakan strategi yang lebih kuat dan matang. Sejak saat itu Khalid terkenal sebagai Pedang Allah yang Terhunus.

Khalid bin Walid terus mengukir namanya pada saat momen-momen berjihad. Pada peristiwa Fathul Mekkah, Khalid dipercaya membawa salah satu pasukan yang berhasil masuk ke pintu Mekkah. Maka sampai pada akhirnya kaum muslimin berhasil mengembalikan Mekah sebagai kota yang suci.


Panglima Perang Islam Terhebat

Pada saat pemerintahan Abu Bakar As Shiddiq, Khalid bin Walid dengan mudahnya menumpas gerakan nabi palsu dan memerangi nabi palsu yakni Musailamah al-Kazzab.

Khalid terus mencetak prestasi prestasi gemilang di berbagai medan peperangan . Kepercayaan kaum muslimin selalu meningkat saat peperangan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid.

Melihat kondisi ini, Khalifah Umar Bin Khattab justru memiliki pertimbangan lain. Di perang Yarmuk, Khalifah Umar justru mencopot jabatan Khalid bin Walid sebagai panglima perang.

Ini bukan karena hal buruk yang dilakukan Khalid melainkan karena sang khalifah tidak ingin kaum muslimin terlampau memuja Khalid, hingga melupakan ada Allah SWT..

Di balik perintah tersebut, Khalid pun mengatakan hal yang begitu luar biasa, yakni :

…Tidak masalah, Karena saya berjuang bukan karena Umar, akan tetapi saya berjuang karena Allah SWT. Maka ujilah diri anda kalau betul ikhlas maka berjuang di mana-mana pun anda tidak akan menjadi masalah. – Khalid bin Walid

Di bawah kepemimpinan panglima yang baru kali tetap memimpin pasukan muslimin dengan kecerdasannya ia atur strategi perang hingga pasukan muslimin berhasil menjatuhkan Imperium Romawi dan menguasai Al-Quds.


Tinggal di Suriah

Pasca penaklukan negeri Syam (Suriah), Khalid bin Walid lebih memilih tinggal di Homs, Suriah tanpa memiliki jabatan apapun. Walaupun telah berjasa terhadap kebesaran Islam, Ini menjadi sebuah bukti perjuangan Khalid yang tidak mengharapkan apapun selain ridho Allah SWT.

Tahun 21 Hijriah, Khalid bin Walid menghembuskan nafas terakhirnya dipembaringan. Khalid bin Walid yang dikenal sang anak kaya raya dengan julukan Pedang Allah Yang Terhunus wafat tanpa meninggalkan apapun selain senjata kuda dan pembantu yang diwakafkan untuk kepentingan Islam. (sumber : https://www.biografiku.com/biografi-khalid-bin-walid-kisah-pejuang-islam-paling-pemberani/?nowprocket=1)


Biografi Kim Jong Un, Pemimpin Korea Utara Berjuluk ‘Rocket Man’

Kim Jong Un, pemimpin tertinggi negara Korea Utara


Profil dan biografi Kim Jong Un. Ia dikenal sebagai pemimpin tertinggi negara Korea Utara yang terkenal tertutup.

Kim Jong Un juga dikenal sebagai salah satu pemimpin termuda di dunia. Ia dikenal karena sepak terjangnya dalam memimpin Korea Utara dan juga program senjata nuklirnya yang terkenal hingga dijuluki sebagai ‘Rocket Man’.

Biografi Kim Jong Un

Kim Jong-Un dilahirkan pada tanggal 8 Januari 1984 di Korea Utara. Ia merupakan anak dari Kim Jong Il, mantan pemimpin tertinggi Korea Utara. Ibunya bernama Ko Young-hee.

Kim Jong Un merupakan cucu dari Kim Il Sung yang merupakan pendiri dari negara Korea Utara. Kim Jong-Un naik menjadi presiden dan pemimpin tertinggi Korea Utara menggantikan Kim Jong Il yang wafat.

Masa Kecil Dan Bangkit Berkuasa

Kim Jong Un merupakan anak bungsu dari tiga putra Kim Jong Il. Sangat sedikit informasi yang diketahui oleh publik mengenai Kim Jong Un.

Namun menurut informasi, Kim Jong Un belajar di International School of Berne, Gümligen, Swiss. Kim kemudian melanjutkan sekolahnya di negaranya sendiri yakni di National War College, Pyongyang, Korea Utara dari tahun 2002 hingga 2007.

Ketika masih muda, Kim Jong Un sering menemani ayahnya dalam melakuka inspeksi militer. Ia juga mulai bekerja di Partai Buruh Korea (KWP) beraliran komunis yang berkuasa di negara itu.

Kim juga aktif di Biro Politik Umum Angkatan Darat yang terlibat dalam pengawasan pejabat pemerintah. Pada tahun 2009, Rumor mulai beredar bahwa ia dipersiapkan sebagai pengganti ayahnya.

Kim Jong Un kemudian menjadi kandidat Majelis Rakyat Tertinggi pada tahun 2009. Pada bulan April 2009, dia diberi jabatan di Komisi Pertahanan Nasional (NDC).

Pada pertengahan 2009, Kim Jong-Un dilaporkan bahwa ia telah ditunjuk sebagai kepala Departemen Keamanan Negara. Lembaga pemerintah tersebut yang bertanggung jawab untuk kontrol politik dan kontra intelijen.

Pada bulan September 2010 Kim Jong Un diberi pangkat jenderal bintang empat. Meskipun ia tidak diketahui memiliki pengalaman militer sebelumnya.

Menjadi Pemimpin Korea Utara

Pada tahun berikutnya posisinya sendiri sebagai pengganti Kim Jong Il menjadi lebih jelas. Setelah kematian ayahnya pada bulan Desember 2011, Kim Jong-Un dinyatakan sebagai pemimpin tertinggi negara itu.

Meskipun belum resmi namun hal itu menunjukkan posisi Kim Jong Un sebagai kepala pasukan pemerintah dan militer Korea Utara.

Pada April 2012, Kim Jong Un memperoleh beberapa jabatan resmi, seperti sekretaris pertama KWP, ketua Komisi Militer Pusat, dan ketua NDC, yang kemudian menjadi otoritas birokrasi tertinggi di negara itu.

Pada Juni 2016, kongres Majelis Rakyat Tertinggi merevisi konstitusi untuk memperluas dan memperkuat posisi Kim Jong Un sebagai pemimpin tertinggi Korea Utara.

Revisi tersebut kemudian menciptakan organisasi baru yakni Komisi Urusan Negara dimana Kim Jong Un sebagai ketuanya. Komisi baru ini menggantikan NDC sebagai badan pemerintahan paling kuat di Korea Utara.

Masa Berkuasa Kim Jong Un

Tahun-tahun awal pemerintahan Kim Jong Un sebagai penguasa Korea Utara ditandai oleh konsolidasi kekuasaan yang gencar dengan menyingkirkan beberapa tokoh yang tidak sepaham dengannya. Kim juga meningkatkan program senjata nuklir Korea Utara secara masif.

Pada bulan Desember 2013, Kim Jong Un mengeksekusi pamannya Jang Song Thaek. Jang adalah orang yang dejkat dengan Kim Il Sung dan Kim Jong Un, ia juga merupakan anggota partai buruh di Korea Utara.

Eksekusi Jang juga menandai putusnya hubungan Korea Utara dengan Beijing. Meskipun Jang adalah pejabat tinggi yang pertama ‘dilenyapkan’ oleh Kim.

Kemudian para pembelot dan dinas intelijen Korea Selatan melaporkan bahwa orang-orang yang tidak senang dengan rezim dieksekusi terus menerus.


Kekuatan Korea Utara Dibawah Kim Jong Un

Di bawah Kim Jong Il, program senjata nuklir Korea Utara telah maju dan berkembang dengan pesat membuat beberapa negara khawatir.

Ledakan nuklir bawah tanah pertama di negara itu terjadi pada Oktober 2006. Hal itu terjadi hanya beberapa bulan setelah serangkaian uji coba rudal balistik berkekuatan nuklir.

Pada bulan Februari 2013, Korea utara melakukan uji coba nuklir pertama di masa kepemimpinan Kim Jong Un. Uji coba nuklir bawah tanah dan uji coba rudal jarak jauh Korea utara meningkat secara dramatis.

Pada 2017, Korea Utara telah melakukan total enam kali uji coba nuklir, termasuk setidaknya satu perangkat nuklir yang dipasang pada rudal balistik antarbenua (ICBM).

Rudal balistik antarbenua Korea Utara tersebut menurut para ahli dapat menjangkau daratan Amerika Serikat. Selanjutnya perang kata-kata meletus melalui media antara Kim dan Presiden Amerika yakni Donald Trump.

Pada Olimipiade musim dingin 2018 di Pyeongchang, Korea Selatan, Kedua negara yakni Korea Selatan dan Korea Utara kemudian memprakarsai dialog reunifikasi atau penyatuan Korea.

Hal tersebut kemudian menyebabkan atlet Korea Utara dan Selatan berbaris bersama dalam upacara pembukaan sebagai di bawah bendera yang menggambarkan Korea bersatu.

Kemudian saudari Kim Jong Un yakni Kim Yo Jong hadir dalam olimpiade tersebut. Ia menjadi anggota keluarga pertama dari penguasa Korea Utara yang mengunjungi Korea Selatan sejak akhir Perang Korea.

Pada tanggal 10 februari 2018, terjadi pertemuan bersejarah yakni Presiden Korea Selatan, Moon Jae In dengan Kim Yo Jong, dimana saudari dari Kim Jong Un tersebut memberikan tulisan tangan dari saudara laki-lakinya yang mengundang presiden Korea Selatan untuk berkunjung di Pyongyang secepat mungkit.

Kim kemudian menjamu anggota pemerintahan di Korea Selatan pada jamuan makan malam di Pyongyang. Kim Joon Un juga menyatakan bersedia mengurangi gudang senjata nuklir Korea Utara. Hal itu jika Amerika Serikat bersedia menjamin keamanan Korea Utara dan rezimnya.

Pengumuman itu diikuti oleh pembicaraan tentang KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) yang belum pernah terjadi sebelumnya antara Kim dan Donald Trump.

Pada 27 April 2018, Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan, Moon Jaen In bertemu pertama kalinya secara langsung membahas denuklirisasi semenanjung Korea. Mereka juga membahas gencatan senjata antar negara.

Pada 12 Juni 2018, untuk pertama kalinya dalam sejarah, para pemimpin Amerika Serikat dan Korea Utara bertemu secara langsung di Singapura.

Pada pertemuan tersebut, Kim Jong Un berjanji melakukan denuklirisasi persenjataan nuklir miliknya. Sementara Trump berjanji untuk mengakhiri latihan militer gabungan AS-Korea Selatan.

Selama memimpin Korea Utara, Kim Jong Un dilaporkan banyak melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Hal itu seperti eksekusi mati para penghianat dan pembelot di depan umum hingga mengirim para tahanan ke kamp penjara politik.

Kim Jong Un Meninggal Dunia?

Pada bulan April 2020, banyak media yang mengabarkan bahwa Kim Jong Un dikabarkan meninggal dunia setelah melakukan operasi jantung.

Banyak yang mengatakan bahwa jika Kim Jong Un benar meninggal dunia, maka pengganti Kim Jong Un adalah saudari perempuannya yakni Kim Yo Joon yang juga menjabat sebagai pejabat tinggi di Korea Utara. (sumber : https://www.biografiku.com/biografi-kim-jong-un/)


© Copyright 2019 SultraMedia.Com | All Right Reserved