Rabu, 09 November 2022

KPU Muna Barat Sosialisasikan Pengaplikasian Siakba Pendaftaran Online 2024



MUNA BARAT - KPU Kabupaten Muna Barat (Mubar) menggelar sosialiasi pengaplikasian SIAKBA pada Tahapan Pembentukan Badan Ad-Hoc di Desa Sukadamai, Rabu (09/11/2022). 

Sosialisasi itu diikuti Camat se-Tiworo, para Kepala Desa, Karang Taruna bersama seluruh Komisioner dan pimpinan KPU Mubar.

“Menjelang tahapan pembentukan Badan Adhoc Pemilu 2024, penyelenggara pemilu perlu mempertajam pemahaman SIAKBA dengan tujuan untuk penguatan pemahaman tata kelola kepemiluan berbasis elektronik,” ungkap Ketua KPU Mubar, Awaludin Usa membuka kegiatan sosialisasi. 

Awaludin Usa membimbing jalannya pengaplikasian SIAKBA yang diikuti oleh Staf KPU Mubar dan seluruh peserta undangan yang berjalan lancar dan sangat antusias mendengarkan sambutan. 

“Kami tidak bisa kerja sendiri. Olehnya kami meminta bantuan kerja sama pada kades dan karang taruna,” ujarnya. 

Awaludin Usa menambahkan bagi yang ingin mendaftar menjadi penyelenggara PPK dan PPS, tidak perlu lagi membawa berkas ke KPU. “Kami telah menyiapkan aplikasi. Ini untuk memudahkan para pendaftar,” terangnya. 

Sementara itu, Komisioner KPU, LM. Nuzul Ansi menambahkan pengumuman kelulusan juga akan di sampaikan melalui email. UU nomor 7 tahun 2017 penyelenggaraan pemilu ini menjdi tanggung jawab bersama. 

“Kelulusan berkas administrasi itu akan di umumkan melalui aplikasi siakba dan media online dan media sosial KPU,” katanya. ***

sumber : https://mediakendari.com/kpu-muna-barat-sosialisasikan-pengaplikasian-siakba-pendaftaran-online-2024/120071/




Pemilu 2024, Dapil dan Alokasi Kursi DPRD di Buteng Bakal Berkurang



BUTON TENGAH – Pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang, jumlah Daerah Pemilihan (Dapil) dan alokasi kursi DPRD di Kabupaten Buton Tengah (Buteng) bakal berkurang.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Buteng, La Ode Nuriadin yang mengatakan skema baru penyusunan dan penataan Dapil dan alokasi kursi legislatif itu sudah diusulkan ke KPU RI.

“Meski masih dalam tahap pembahasan diinternal kami (KPU Buteng). Akan tetapi, besar kemungkinan skema baru ini bakal diterapkan. Jadi, skema lama yang diterapkan pada Pileg 2019 bisa jadi berubah,” ujar Nuriadin dalam keterangannya beberapa waktu lalu.

Rancangan penyusunan penataan Dapil itu terlebih dahulu akan ditetapkan alokasi kursi legislatif berdasarkan jumlah penduduk Kabupaten Buton Tengah yang terakhir.

“Sehingga dimungkinkan juga ada perubahan nama Dapil dan alokasi kursi apabila kita merujuk pada jumlah penduduk terakhir,” bilangnya.

“Jika ditanya apakah memungkinkan terjadi perubahan, maka jawabannya bisa saja terjadi,”imbuhnya.

Nuriadin menegaskan, pembentukan dan penataan Dapil, akan memperhatikan tujuh prinsip. Diantaranya kesetaraan nilai suara, ketaatan pada sistem Pemilu yang proporsional, proporsionalitas, integralitas wilayah, berada pada cakupan wilayah yang sama (coterminus), kohesivitas, dan kesinambungan.

Pihaknya juga meminta partisipasi masyarakat dalam rangka memberikan masukan dan tanggapan selama proses pembahasan penataan jumlah Dapil dan alokasi kursi legislatif ini.

“Setelah rampung akan disampaikan ke KPU RI untuk ditetapkan dan terlebih dahulu melalui konsultasi DPR RI dan Kemendagri,” tutupnya. **

sumber : https://www.halosultra.com/5958/pemilu-2024-dapil-dan-alokasi-kursi-dprd-di-buteng-bakal-berkurang/

Senin, 29 November 2021

Gubernur Ali Mazi Tinjau Proyek Strategis di Busel

Gubernur Sultra Ali Mazi bersama Bupati Buton Selatan H. La Ode Arusani serta rombongan OPD meninjau proyek starategis di Busel.



SultraMedia.Com - disalin dari https://baubaupost.com/

-

-


Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi, SH melaksanakan Kunjungan Kerja ke sejumlah wilayah Kabupaten Kota di Provinsi Sultra,


Kali ini, orang nomor satu di “Bumi Anoa” ini bersama rombongan untuk kesekian kalinya mengunjungi Kabupaten Buton Selatan, Rabu (17/12).


Sekaligus meninjau sejumlah proyek strategis yang tengah di bangun oleh Pemerintah Kabupaten Buton Selatan.


Gubernur Ali Mazi disambut langsung Bupati Buton Selatan, H. La Ode Arusani didampingi seluruh kepala OPD lingkup Pemkab daerah itu.


Adapun sejumlah proyek strategis yang ditinjau di antaranya rencana lokasi pembangunan jalan simpang 7 Buton Selatan, Pelabuhan Bandar Batauga dan RSUD Buton Selatan.


Gubernur Sultra Ali Mazi mengapresiasi upaya dan kerja Pemkab Buton Selatan dalam membangun daerah dengan konsep-konsep yang sangat baik.


“Tentunya Pemrpov Sultra mendukung dan memberikan support atas program-program yang dikerjakan daerah dengan arah yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat,” katanya.


Sementara, Bupati Buton Selatan H La Ode Arusani mengucapkan terimakasih kepada Gubernur Sultra atas kunjungan dan perhatian terhadap daerah yang terbilang baru umur muda itu.


“Harapan kita program-program kita terus mendapat perhatian dan dukungan dari bapak gubernur,” ujarnya.


Kata dia, Pemerintah Buton Selatan akan terus berupaya bekerja keras dengan program-program strategis dalam memenuhi kebutuhan masyarakat pada semua sektor guna mewujudkan kesejahteraan itu sendiri.


“Insya Allah, pembangunan akan terus kita genjot agar daerah kita maju dan bisa sejajar dengan daerah lain,” tukasnya. (*)


Minggu, 28 November 2021

Sandiaga Uno Berkunjung ke Wakatobi, Para Pedagang Kebanjiran Pembeli

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, saat berkunjung ke Wakatobi, Sulawesi Tenggara.


SultraMedia.Com - disalin dari LenteraSultra.com


Kedatangan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, membawa perubahan bagi warga di Wakatobi, khususnya di Desa Wisata Liya Togo, Kecamatan Wangiwangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada (25/11/2021). Meski hanya 30 menit, kedatangan sandiaga ramai diserbu warga.


Masyarakat tampak bangga karena desanya menjadi salah satu tempat di Indoneesia yang didatangi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Melalui kunjungan ini, pergerekan ekonomi juga mengalami peningkatan. Para pedagang kaki lima baik itu makanan kecil, souvenir dan lainnya mengalami kenaikan omset usai diburu pembeli yang ramai berdatangan.


“Apalagi kita tahu kalau souvenir juga masuk dalam ekonomi kreatif,” kata Sandi.


Seperti diketahui, souvenir menjadi ciri khas suatu daerah wisata. Produk-produk tersebut memang harus memiliki ciri khas dari suatu daerah, sehingga tidak hanya memiliki nilai ekonomis melainkan juga nilai sentimental yang bisa menjadi suatu kenangan terhadap lokasi tersebut. Tak sedikit wisatawan yang membeli souvenir sebagi buah tangan dan juga untuk kenangan bahwa pernah berkunjung suatu tempat wisata. Hal tersebut juga terjadi di Desa Wisata Liya Togo, Wangiwangi Selatan.


Meski singkat, Sandiaga Salahudin Uno juga menyempatkan berdiskusi dengan warga terkait kendala mereka yang hingga kini belum memiliki mesin jahit dan mesin bordir sebagai kebutuhan utama produk fashion daerah. Selama ini warga desa liya togo menjahit dan membordir menggunakan jasa dari desa lain dan mengeluarkan biaya yang cukup mahal, sehingga keuntungan yang diperoleh sangat minim.


“Jadi Mas Menteri, Kalau kita punya mesin sendiri tentunya berbeda pendapatannya,” tutur salah satu pengajin.


Tidak hanya mendengar keluhan warga, Sandiaga Salahudin Uno kemudian memberi hadiah warga berupa mesin jahit dan mesin border. (*)

Profil Zalman Anggota DPRD Bombana – Bukti Bakti Penguasa Suara Masaloka Raya

Zalman, S.Ip, anggota DPRD Bombana dari Partai Nasdem


SULTRAMEDIA.COM - disalin dari lenterasultra.com

-

-

Sudah sangat lama penduduk Pulau Masaloka di Bombana merindu hadirnya air bersih. Berpuluh tahun, mereka mengandalkan pasokan air dari daratan yang diangkut penduduk lewat perahu bermesin temple, bahkan ada yang dengan mendayung sampan. Selalu seperti itu meski daerah berganti pemimpin. Mereka hanya mendengar ada janji, tapi entah siapa yang harus mewakili mereka menagihnya.

Bukan hanya air bersih, listrik pun jadi sesuatu yang sulit. Penduduk di pulau itu  hanya mengandalkan genset desa. Warga dijatah hanya beberapa bohlam, dan jumlah colokan. Setrumnya hanya dirasakan dari senja hingg pukul 23.00 Wita. Setelah itu gelap. Masaloka selalu gulita saat tengah malam hingga pagi.

Tapi semuanya menjadi berubah saat seorang bernama Zalman datang dan menuntaskan kerinduan orang Masaloka akan hadirnya dua kebutuhan utama itu. Sumber air jadi dekat, yakni di dalam rumah warga. Zalman, lelaki yang kini menjadi anggota DPRD Bombana periode 2019-2024 seperti jawaban atas doa-doa warga Masaloka. Kemampuan komunikasinya dengan berbagai pihak, menjadikan semuanya nyata.

“Untuk sementara, sudah ada 400 SR (sambungan rumah) kalau air bersih. Sisa 200 SR yang masih kita upayakan lagi. Insya Allah segera terrealisasi,” tutur Zalman, soal air bersih yang kini sudah mengalir di pulaunya itu. Pipa-pipa yang mengalirkan air sudah mengelilingi pulau Masaloka dan masuk di rumah-rumah warga. Tinggal putar keran, air mengucur.

Air bersih di Kepulauan Masaloka Raya diambil dari mata air gunung Lampata. Dari daratan Rumbia, air dimasukan dalam pipa besar yang membentang sekitar 9.500 meter. Sekitar 800 meter pipa air ini menyebrang dan masuk ke dalam laut antara daratan Rumbia dan Masaloka Raya. “Saya sangat bahagia saat melihat saudara-saudara saya di Masolaka menikmati air bersih, langsung dari rumah masing-masing,” katanya.

Program air bersih ini mulai diperjuangkan Zalman sejak tahun 2020, atau setahun setelah ia berstatus sebagai wakil rakyat. Daerah mengabulkan usulannya dengan menyiapkan anggaran sebesar Rp 980 juta. Kemudian tahun 2021, melalui perantara Haji Tafdil sebagai Bupati Bombana, program air bersih untuk penduduk Masaloka Raya mendapat sokongan dana tambahan sekitar Rp 2,8 miliar. Masuknya air bersih di Masaloka Raya serta berbagai pembangunan infrastruktur lainnya diakui Zalman juga tidak luput dari perhatian Haji Tafdil, sebagai Bupati Bombana. Politis Nasdem ini pun tak luput menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Tafdil.

Siapa sosok Zalman ini? Ia adalah seorang kader Partai Nasdem yang kini menjadi satu dari 25 anggota DPRD Bombana, dari Daerah Pemilihan (Dapil) 1. Ia terpilih dari wilayah Kecamatan Masaloka Raya, Mataoleo, Rumbia Tengah dan Rumbia. Pria kelahiran Kadatua, Buton 1979 ini bahkan mencatatkan diri sebagai peraih suara terbanyak di empat kecamatan di dapil tersebut.

Di Masaloka Raya, ia menasbihkan diri sebagai penguasa suara dengan sangat dominan. Setengah dari jumlah pemilih yang datang ke TPS saat Pemilu 2019 lalu, mendaulat Zalman sebagai wakil mereka di parlemen. Dari 1200-an suara sah yang ditetapkan KPU, 550 diantaranya memilih Zalman. Ia layak dinobatkan sebagai pemilik setengah Masaloka Raya.

Berbekal modal 550 suara di Masaloka Raya, plus tiga kecamatan lainnya, Zalman total memperoleh dukungan 1.160 suara dan membuatnya amat mulus menuju parlemen. Kawan-kawan separtainya di Dapil yang sama, sejatinya tak kalah kuat. Tapi lelaki yang usianya masih relatif muda ini tetaplah lebih kuat.

Pria yang merayakan ulang tahun setiap tanggal 7 Januari ini sejatinya bukanlah penduduk asli Masaloka Raya. Ia jadi warga di pulau itu setelah menikah dengan seorang perempuan Masaloka bernama Masfia tahun 2001 lalu. Di daerah kepulauan yang berbatasan dengan daratan Rumbia itu, namanya tercatat dalam sejarah dan monumental.


Zalman bersama Istri dan keluarga


Pasca Kepulauan Masaloka terbentuk menjadi kecamatan dengan lima desa tahun 2007, Zalman diminta sebagai pelaksana salah satu desa yakni Masaloka Selatan. Uniknya, permintaan itu ditawarkan saat dia sedang merantau di Pulau Katele, Kabupaten Muna menjual alat-alat mesin. “Saat itu saya ditelepon tiga tokoh masyarakat Masaloka Raya untuk pulang,” tuturnya.

Mereka adalah almarhum La Awe, almarhum La Dera dan Yusmin yang saat ini menjadi Kepala Desa Masaloka Barat. Ketiganya meminta Zalman pulanmg kampung. “Saya diminta menjadi pelaksana Kepala Desa Masaloka Selatan karena Masaloka Raya sudah mekar menjadi lima desa dan menjadi satu kecamatan,” kenang Zalman saat ditemui di kediamannya di Tapuahi, Rumbia Tengah, Kamis (25/11/2021).

Permintaan ini menjadi beban pikiran Zalman. Maklum, dia jarang berada di Masaloka karena sehari-hari dia merantau dengan berdagang dari satu provinsi ke provinsi lain. Setelah matang dipikirkan, dia menerima tawaran itu. Tahun 2007, Zalman pulang dan mengakhiri petualangannya sebagai pedagang. Ayah empat orang anak ini kemudian dilantik sebagai pelaksana Kades Masaloka Selatan.

Saat itu usia Zalman baru 27 tahun. Penyerahan tanda pangkat dan gobang garuda dilakukan Bupati Atikurahman. Pelantikannya kala itu, menasbihkan dirinya sebagai kepala desa termuda dari 100-an desa se-Kabupaten Bombana. Sebagai pelaksana Kades, ia diserahi tugas memfasilitasi pemilihan kepala desa definitif.

Setahun kemudian, tepatnya tahun 2008, Pilkades pun digelar. Zalman mencoba peruntungannya dengan ikut pesta demokrasi enam tahunan tingkat desa ini. Dewi fortuna ternyata berpihak padanya. Suami dari Masfia ini meraih suara terbanyak. Dari 500-an wajib pilih di Masaloka Selatan, Zalman unggul 350 suara.

Hasil Pilkades ini, membuat jabatannya didefenitifkan menjadi Kades Masaloka Selatan periode 2008-2014. Amanah penduduk Masaloka Selatan diperlihatkan Zalman. Usai dilantik dia “tancap gas” membenahi kampung halamannya. Masaloka Selatan yang baru lahir mulai dibentuk layaknya sebuah desa.

Setahun memimpin, Zalman langsung membangun kantor desa, lalu merintis pembangunan mesjid dan difungsikan dua tahun kepemimpinannya, membangun posyandu, polindes, membangun pelabuhan, tambatan perahu, jalan-jalan desa dirabat, membangun drainase di semua dusun hingga mengadakan genset buat lampu penerang masyarakatnya di dalam rumah, meski waktu menyalanya saat itu mulai pukul 18.00 hingga 23.00 Wita.

Tidak hanya itu, dia juga melakukan bedah rumah masyarakatnya yang kurang mampu, memberikan bantuan kapal fiber bagi penduduknya yang dominan sebagai nelayan hingga berbagai program lainnya. “Karena saya kepala desa pertama, saya membangun mulai dari nol. Alhamdulillah, semua insfrastruktur dasar ini tuntas pembangunannya di periode pertama,” kata Zalman.

Tahun 2014, jabatannya sebagai kepala desa berakhir. Karena belum ada jadwal Pilkades, untuk mengisi kekosongan jabatan di Masaloka Raya, Zalman dipercaya lagi menjadi pelaksana kepala desa di tahun 2015. Saat agenda Pilkades dihelat ditahun yang sama, Zalman kembali tampil sebagai salah satu kandidat dan kembali terpilih untuk periode kedua, dengan masa jabatan 2016-2022. Ia lagi-lagi terpilih.

Zalman kemudian dilantik sebagai kepala desa definitif periode kedua oleh Tafdil, Bupati Bombana. Pengalamannya berpolitik di tingkat desa ini rupanya menjadi pengalaman berharga bagi Zalman. Baru dua tahun setengah menjadi Kepala Desa Masaloka Raya periode kedua, tepatnya di tahun 2018 dia memutuskan mundur lebih dini.

Pria murah senyum ini rupanya ingin menjajal kemampuan politiknya ke level lebih tinggi, tak hanya di tingkat desa. Ia ingin jadi anggota DPRD Bombana. Kepemimpinannya di Masaloka Raya diestafetkan kepada istrinya, Masfia, atas permintaan masyarakat setempat. Ia sebenarnya sempat menolak dengan alasan etis. Ia tak enak jika ada anggapan orang bahwa ia dan keluarganya rakus jabatan. Setelah ia jadi Kades, bagaimana bisa itu diteruskan juga oleh istrinya.

“Justru saya diancam, kalau bukan istri yang ganti saya jadi Kades, masyarakat tidak mau dukung saya di DPRD. Terpaksa istri, saya izinkan maju gantikan saya,” urai Zalman. Meski mendapat dukungan, Masfia tidak ditunjuk begitu saja. Untuk duduk sebagai Kepala Desa dia harus melalui pemilihan. Ada 20 pemilik hak suara yang menentukan nasibnya.

Setelah dilakukan pemungutan suara, 100 persen pemilik suara bulat mendukung Masfia sebagai suksesor suaminya periode 2018 hingga 2022. Begitu istrinya terpilih jadi Kades, Zalmanpun maju di pemilihan calon anggota legislatif (Pilcaleg). Alasannya, tidak ada figur atau putra daerah dari Kecamatan Kepulauan Masaloka Raya yang tampil. Padahal daerah itu memiliki pemilih yang cukup banyak.

Dimata Zalman, tiap kali kontestasi demokrasi digelar, pemilik suara di Pulau Masaloka hanya dimanfaatkan calon-calon lain dari luar Masaloka untuk mendulang suara. Selain itu, pertimbangan yang paling mendasar, dia maju sebagai calon anggota DPRD Bombana ingin memajukan kepulauan Masaloka Raya.

Saya ini lama hidup di Masaloka Raya. Saya bersentuhan langsung dengan masyarakat dan turut menikmati dan merasakan apa yang menjadi penderitaan masyarakat disana. Mulai negara ini dijajah Jepang dan Belanda hingga Indonesia merdeka sampai Bombana terbentuk menjadi daerah otonom, Masaloka Raya sangat tertinggal,” cerita Zalman.

Untuk kebutuhan air minum saja misalnya, warga Masaloka Raya harus melalui berbagai fase untuk mendapatkannya. Pertama, penduduk Masaloka Raya harus mengambilnya dengan menggunakan jeriken di Desa Toli-Toli, didaratan Rumbia-dulu Kecamatan Rumbia, kini Kecamatan Mataoleo-. Bagi Penduduk Masaloka yang memiliki katinting, cukup membunyikan mesin menuju Toli-Toli untuk mengambil air.

Sementara yang memiliki perahu tanpa mesin, terpaksa harus mendayung selama satu jam, pulang pergi demi mendapatkan air bersih. Puluhan tahun penduduk Masaloka menikmati semacam ini. Kebutuhan air bersih bagi warga Masaloka berubah setelah muncul air kemasan isi ulang. Penduduk Masaloka mendapatkan suplai air bersih dari Kasipute. Air bersih diisi dalam galon lalu dikirim ke Masaloka menggunakan kapal agak besar dengan mesin tempel.

Ini berlangsung hingga tahun 2020. Masalah lain adalah, lampu penerang. Sejak zaman dahulu hingga tahun 2021 masyarakat Masaloka Raya tidak pernah menikmati terangnya Perusahaan Listrik Negara (PLN). Padahal wilayah ini berbatasan dengan daratan Rumbia. Belum lagi infrastruktur lain yang masih sangat tertinggal.

“Atas dasar ini, hati saya tergerak untuk membantu menyelesaikan permasalahan ini sehingga saya mematangkan niat mundur dari kepala desa dan maju sebagai calon anggota DPRD Bombana,” kata Zalman. Niatnya ini makin bulat setelah salah satu tokoh politik di Bombana mendukungnya tampil sebagai calon anggota DPRD Bombana. Tokoh politik ini jugalah yang mengajaknya bergabung di Partai Nasdem.

Nama Zalman, kemudian masuk sebagai calon anggota DPRD dari Partai Nasdem di daerah pemilihan (dapil) satu, yang meliputi Kecamatan Rumbia, Rumbia Tengah, Mataoleo dan Kecamatan Kepulauan Masaloka Raya. Hasilnya tidak meleset. Zalman terpilih menjadi calon anggota DPRD Bombana periode 2019-2024. Dia tercatat dinomor urut satu dari lima calon anggota dewan yang lolos di dapil satu dengan suara terbanyak dari Masaloka Raya.

Bangunan Puskesmas Modern di Kecamatan Masaloka Raya


Fasilitas lampu penerang dari PLN juga sudah dinikmati penduduk Masaloka Raya di tahun kedua keberadaannya di DPRD Bombana. Mulai tahun 2021 ini, masyarakat setempat sudah menikmati listrik dari PLN selama 1 x 24 jam. Fasilitas ini, sama seperti yang dirasakan penduduk di daratan Rumbia. Menurut Zalman, masuknya fasilitas listrik di Masaloka Raya juga atas peran Bupati Haji Tafdil serta peran dan dukungan Camat serta lima kepala desa di Masaloka Raya.  “Camat dan kepala desa bahkan ikut serta ke Kendari menemui Kepala PLN cabang Kendari, demi meyakinkan pihak PLN, agar listrik masuk di Masaloka Raya,” kata Zalman.

Di Masaloka Raya juga sudah berdiri puskesmas megah, yang fasilitasnya sama dengan puskesmas di daratan Rumbia. Puskesmas modern ini dibangun ditahun pertama keberadaannya di DPRD dengan porsi anggaran sekitar Rp 6 Milyar.

Di tahun yang sama, juga dibangun pelebaran jalan menuju kota kecamatan. Lebar jalan semula hanya 3 meter diperlebar menjadi 15 meter. Panjang jalan yang dibangun sekitar 1 kilometer. “Disisa tiga tahun keberadaan saya di DPRD Bombana, tetap memperjuangkan apa yang menjadi kekurangan penduduk di Masaloka Raya. Yang jelas, keluhan air dan listrik selama ini sudah terwujudkan,” katanya.

Untuk sampai ke situasi sekarang, Zalman melalui perjuangan yang cukup keras. Setahun usai menikahi gadis Masaloka, tahun 2002 Zalman memilih merantau. Ia jadi pedagang. Daerah pertama yang dituju adalah Maluku Tenggara Barat. Di wilayah itu ia berjualan menjual pakaian. Setahun kemudian pindah di pulau Serui, Provinsi Papua dengan menjual aksesoris.

Enam bulan kemudian kembali ke Sulawesi Tenggara tepatnya di Mawasangka Kabupaten Buton –kini Buton Tengah- menjual alat-alat mesin. Setelah itu, berdagang di pulau Muna dengan menjual alas-alat mesin. Kini takdir telah mengubah hidupnya, Zalman menjadi salah satu dari 25 orang anggota DPRD Bombana periode 2019-2024.(***)

Nama : Zalman S.IP

Tempat Tanggal Lahir : Kadatua, Buton, 7 Januari 1979

Alamat : Jalan Jenderal Sudirman, Desa Tapuahi, Rumbia Tengah

Istri : Masfia Pekerjaan : Kepala Desa Masaloka Selatan 2018 -2022

Anak :

1. Azlan Saputra 2. Anggun Sulistiawati 3. Aksan Ardianto 4. Adriatma Said Siradz

Pendidikan :

SD Kadatua 1992

SMP Kadatua 1995

SMA 1 Baubau 1998

Strata 1 UMK 2013

Jabatan di DPRD, Ketua Fraksi Nasdem berkarya Wakil Ketua Komisi Dua

Kepala Desa Masaloka Selatan 2008 – 2017 serta 2017-2018 (*)





Sabtu, 27 November 2021

Wakatobi Jalankan Program Smart City Untuk Kawasan Pariwisata



SULTRAMEDIA.COM - disalin dari https://detiksultra.com

Kabupaten Wakatobi gencar menjalankan program Smart City untuk kawasan pariwisata.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Wakatobi, Suruddin mengatakan, Smart City tersebut merupakan program untuk meningkatkan pariwisata suatu daerah, salah satunya Wakatobi.

Dia menambahkan, kawasan smart city yang ada di Sulawesi Tenggara (Sultra) terdiri dari beberapa daerah yakni, Kabupaten Wakatobi, Kota Baubau, Kabupaten Buton dan Kabupaten Konawe Selatan yang harus terintegrasi dan mengacu pada master plan yang telah disusun.

“Jadi untuk smart city itu punya enam dimensi dalam peningkatan pariwisata yakni Smart Government, Smart Economy, Smart Live, Smart Living, Smart People, dan Smart Mobility, ” ucap Suruddin, Sabtu (27/11/2021).

Dia juga menambahkan, dengan melaksanakan enam dimensi tersebut maka Wakatobi sebagai daerah wisata dapat menarik minat pengunjung baik nasional maupun internasional.

Sementara itu, Perwakilan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Dwi Elfrida mengatakan, dengan adanya dimensi smart city tersebut dapat menjadikan Wakatobi sebagai destinasi wisata seperti halnya Bali yakni menjadi pariwisata internasional.

“Dengan menjalankan dimensi smart city itu dapat memaksimalkan potensial pariwisata yang ada di Wakatobi dan menjadikan pariwisata internasional,” Tutup Dwi Elfrida. (*)


Rabu, 24 November 2021

Bintang Restorasi dari Bombana - Kisah Arsyad, Dulu Sopir Angkot Kini Ketua DPRD


Ketua DPRD Bombana, Arsyad, S.Pd.,M.H 

Bintang Restorasi dari Bombana,
Kisah Arsyad, Dulu Sopir Angkot Kini Ketua DPRD

-
-
-
Partai Nasdem tak salah memilih sosok Arsyad, sebagai kader terbaiknya. Lelaki yang diujung namanya ada bubuhan gelar S.Pd,M.H telah delapan tahunan menjadi pimpinan partai besutan Surya Paloh itu di Bombana. Ia pun menggurat deretan sukses di dua edisi Pemilu. 2014 lalu misalnya, kala pertama kali menggawangi partai ini, Nasdem merebut dua kursi di DPRD. Lalu di tahun 2019, pencapaian luar biasa ditorehkannya. Lima kursi parlemen plus bonusnya, Arsyad mulus jadi Ketua DPRD.

Arsyad memang sosok politisi jempolan. Sebagai pribadi, lelaki ini terlihat sangat sederhana dan jauh dari kesan elitis. Berbincang dengannya bagai berbagi kabar dengan kawan sendiri. Lelaki kelahiran Poleang Selatan ini amat ramah pada semua orang. “Kan kita ini dilahirkan rakyat, sampai ke fase ini karena rakyat. Kalau kemudian saya dianggap karib pada semua orang, sejatinya seperti itulah wakil rakyat,” katanya, kala diungkap soal profilnya yang rendah hati.

Itu juga yang mendasari dirinya terlihat sangat garang di belakang podium, saat berbicara kepentingan rakyat. Ia rela mempertaruhkan apapun, agar segala aspirasi dan kebutuhan masyarakat bisa terwujud. Baginya, ia lebih khawatir terhadap murka Tuhan dan hilangnya kepercayaan rakyat terhadapnya bila tak serius menjalankan tugas. Posisinya sebagai Ketua DPRD, juga memberi beban lebih padanya.

Usia lelaki ini masih relatif muda, 42 tahun tepatnya. Tapi kiprahnya di panggung politik lokal sangat luar biasa. Di Nasdem, ia berproses dengan baik. 2014, saat dipercaya menjadi ketua partai, ia sukses melenggang ke parlemen bersama seorang kawannya dari partai yang sama. Lalu 2019, ia kembali maju dan kali ini sebuah langkah restoratif dibuatnya.




Di tangan Arsyad, Nasdem sukses memenangkan Pemilu dengan mengumpulkan total 13.642 suara dari lima daerah Pemilihan. Jumlah itu diputuskan KPU sebagai peraih suara terbanyak dengan lima kursi di parlemen. Nasdem pula yang berhak atas kursi Ketua DPRD. Tentu saja, sebagai kader terbaik, maka Arsyad yang didaulat partainya sebagai pemilik kursi pimpinan pertama DPRD. Arsyad layak digelari bintang restorasi bagi Nasdem Bombana.

Cara Arsyad memimpin Nasdem dan saat jadi Caleg memang sangat egaliter. Ia bukanlah sosok yang melakukan segala cara untuk meraih suara rakyat. Sebagai ketua, ia memberi kesempatan setara kepada semua kader untuk bertarung, termasuk dengan rival internalnya, sesama kader. Ia menghitung matang, angka pantas untuk bisa lolos. Jangan heran jika suara yang diraihnya relative tak begitu besar, seperti yang lain.

Di Pemilu 2014 lalu misalnya, alumni magister hukum Universitas Muhammadiyah Kendari ini punya 831 suara yang mencoblos namanya di surat suara. Angka itu sudah lebih dari cukup untuk mengantarkannya bersama 10 orang lainnya dari daerah pemilihan (dapil) 3 Poleang untuk melenggang ke gedung parlemen Bombana. Ia pun tercatat sebagai anggota DPRD Bombana periode 2014-2019.




Sedangkan di Pemilu 2019, Arsyad tampil di dapil 2 yakni Poleang Selatan, Poleang Utara, Poleang Tenggara dan Poleang Utara. Meski terjadi perubahan dapil di Pemilu 2019, alumni strata satu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo bisa survive. Namanya kembali dipercaya rakyat menjadi anggota dewan setelah 900-an orang dari dapil itu memilihnya. Kader-kader Nasdem di Pemilu edisi ini malah bisa meraih hingga lebih 1000 suara. Baginya, kesuksesan menjadi pimpinan partai itu bila banyak kader yang lolos ke parlemen. Itu sudah ia buktikan.

Arsyad sama sekali tidak pernah membangun ekspektasi tinggi dalam berpolitik, apalagi sampai menargetkan dirinya ada di pucuk pimpinan DPRD Bombana. Saat memutuskan tampil bertarung kembali di Pemilu 2019 untuk periode kedua, ia sempat berpikir bila persaingan bakal sangat berat karena adanya perubahan daerah pemilihan. Namun keraguannya itu terjawab. Asho-nama panggilannya-tidak hanya lolos di periode kedua, tapi juga sukses memimpin Nasdem hingga menjadi pemenang Pemilu.

“Jangankan mau jadi ketua, untuk duduk di periode kedua saja saya berpikir keras. Komposisi Caleg berubah, peta politik juga tidak sama. Saya hanya serahkan kepada yang maha kuasa terkait pengabdian saya lima tahun. Jika selama lima tahun, Allah mencatatnya baik, maka dari itu pasti dibukakan jalan untuk duduk kembali. Dan Alhamdullilah tercapai,” kata Arsyad.




Semua keberhasilannya hingga sampai di puncak pimpinan DPRD atas kepercayaan konstituen dan dorongan keluarga terutama istri dan teman-teman dekat. Selain itu, Partai Nasdem yang menjadi pilihan untuk bernaungnya selama berpolitik, juga menjadi faktor utama. Kata Arsyad, Partai Nasdem, adalah partai yang membuatnya duduk di periode pertama dan kedua.

Dimatanya, Partai Nasdem memiliki banyak kelebihan, karena memberi ruang yang sangat besar bagi orang-orang yang ingin memuluskan karirnya di dunia politik. Partai Nasdem memberi perhatian terhadap jenjang kepengurusan, mulai dari Dewan Pimpinan Cabang (DPC) hingga Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Partai Nasdem kata Arsyad, merupakan satu-satunya partai yang selalu menggaungkan politik tanpa mahar.

Pria kelahiran Kampung Baru, Poleang Selatan, 10 Oktober 1979 ini menamatkan pendidikan dasarnya di SDN Kampung Baru 2 di tahun 1990, kemudian melanjutkan pendidikan menengah di SMPN Boepinang dan tamat 1996, serta menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMAN Poleang pada tahun 1999. Asho kemudian kembali melanjutkan studinya di program studi Penjaskes, FKIP, Universitas Haluoleo.

Di tahun 2006 silam, kampus terbesar di Sulawesi Tenggara ini mengganjarnya dengan gelar sarjana pendidikan. Tidak sampai disitu, duduk di kursi Ketua DPRD, Asho melanjutkan lagi pendidikannya di jenjang yang lebih tinggi yakni strata 2. Jurusan yang diambil adalah ilmu hukum. Tahun 2020, titel dibelakang namanya bertambah menjadi magister hukum.


 


Sebelum berkecimpung di ranah politik, anak bungsu dari delapan bersaudara buah hati pasangan almarhum Samsuddin dan Norma Ali Daeng Mapata ini merupakan wiraswasta. Asho menggagas usaha depot air minum isi ulang di wilayah Poleang Selatan. Usaha ini mulai dirintis sejak tahun 2010. Sebagai penunjang usahanya, Asho memberanikan diri membeli mobil pikap dengan cara kredit demi melancarkan bisnisnya.

Namun prediksinya meleset. Usaha galonnya kurang lancar karena penduduk Poleang kala itu masih belum terpikat dengan air isi ulang. Masalah ini membuat Asho kewalahan membayar angsuran kendaraanya. Untuk menutupinya, dia harus nyambi menjadi sopir khusus penumpang pasar di wilayah Poleang.

“Lima hari seminggu saya harus bangun jam tiga subuh untuk mengantar penumpang. Tujuannya di beberapa pasar seperti Pasar Muleno, Tampabule, Bambaea, Toburi dan Muleno. Profesi ini saya geluti selama 9 bulan untuk menambah beban biaya kredit mobil saya,” kenang Asho, menceritakan perjalanan hidupnya.

Kerja kerasnya, tidak sia-sia. Asho bisa menyelesaikan cicilan mobilnya. Usaha air isi ulangnya terus berkembang pesat. Bahkan sampai saat ini, bisnisnya itu telah memberikan lapangan kerja bagi penduduk di kampung halamannya. Suami Irma Sapriani, S.Pi menunjukan kepada semua orang bahwa proses memang tak pernah mengkhianati hasil.

Arsyad boleh disebut sebagai politisi tangguh. Kala usianya belum genap 30 tahun, ia pernah mencoba peruntungan di jalur ini. Ia mendaftar sebagai Caleg untuk ikut Pemilu tahun 2009 dari partai berbeda. Kala itu, Nasdem belum lahir. Ia bertarung di Dapil Poleang Raya. Sayangnya, Asho hanya meraih 500-an suara. Gagal ke parlemen, tak lantas membuatnya patah arang. Lima tahun berikutnya, atau 2014, ia pun mencoba kembali dengan Nasdem sebagai kendaraannya. Kali ini mulus.

Pantas bila Arsyad tahan banting di dunia politik. Ia bukan seorang yang amatiran. Ayah dari Kheysia Atifa Arsyad ini, sudah kenal politik sejak tahun 2007 silam. Dia aktif sebagai wakil Ketua PPP, Bombana. Namun keberadaannya di Partai berlambang ka’bah ini tidak bertahan lama. Asho “hijrah” menjadi pengurus Partai Amanat Nasional (PAN). Ia ikut bergabung di partai berlambang matahari terbit ini atas ajakan temannya, Surahman.

Selain itu, PAN dinilai Asho sebagai salah satu partai yang akan besar di Sultra. Namun lagi-lagi keberadaannya di PAN tidak bertahan lama. Ia kemudian hijrah di Partai Nasdem. Kepindahannya di partai besutan Surya Paloh ini ternyata menjadi jembatan bagi dirinya untuk duduk di lembaga legislatif. Dia juga mencatatkan diri sebagai penduduk pertama Poleang Selatan yang menjadi anggota dewan, sejak Bombana menjadi otonom.

Kini setelah 7 tahun duduk di DPRD, Arsyad mengaku telah memberikan perubahan di Poleang Selatan. Jika selama ini daerah itu, tidak pernah tersentuh APBD, maka sejak keberadaan dirinya, tanah kelahirannya itu mulai dilirik. Selain Dana Gembira, di daerah itu sudah masuk pengaspalan dengan anggaran sekitar 1 miliar, jalan perikanan, tambatan perahu hingga lantai jemur untuk petani rumput laut. “Dari semua program itu, sekitar 6 miliar anggaran yang masuk di Poleang selama satu tahun pertama saya berada di DPRD,” katanya.

Kini, menjelang tiga tahun lagi keberadaannya di DPRD di periode kedua, Arsyad masih memiliki target yang akan diperjuangkannya. Diantaranya, dia akan mengupayakan Poleang Selatan terbebas dari banjir akibat sumber penambangan rakyat pasir, meningkatkan ekonomi masyarakat, serta memperbanyak lahan tambak dengan memanfaatkan lahan tidur serta mengaktifkan kembali lahan tambak yang tidur.

Sementara untuk wilayah pesisir, dia akan memajukan penduduk di wilayah pesisir dengan mengupayakan dan memperjuangkan alat tangkap modern bagi mereka. Selain itu, dengan posisinya sebagai Ketua DPRD Bombana, Arsyad akan selalu memperjuangkan apa yang menjadi tuntutan dan aspirasi masyarakat yang diwakilinya. Dia berharap, disisa masa jabatannya di periode kedua, makin banyak lagi program-program yang akan di perjuangkan masuk khususnya di daerah pemilihannya serta dapil lain di Kabupaten Bombana. (***)


Nama Lengkap                 : Arsyad, S.Pd.,M.H

Tempat tanggal lahir       : Kampung Baru, Poleang Selatan, 10 Oktober 1979

Agama                               : Islam

Status                                 : Nikah

Nama Istri                         : Irma Sapriani, S.Pi

Anak                                  :   1. Kheysia Atifa Arsyad

                                                2. Muhammad Kaysan Surya Arsyad

Pendidikan :

  • SDN Kampung Baru 2 1990
  • SMPN Boepinang, 1993
  • SMAN 1996
  • S.1 Program studi Penjaskes 2006
  • S.2 Fakultas Hukum UMK 2020

Partai Nasdem,

Jumlah suara

  • Periode 2014-2019 = 831 suara
  • Periode 2019-2024 = 900-an suara

Jabatan :

  • Ketua Fraksi Perjuangan Restorasi Nurani (Peran) periode 2014-2019
  • Ketua DPRD Bombana (Periode 2019-2024)


© Copyright 2019 SultraMedia.Com | All Right Reserved