Rabu, 24 November 2021

Bintang Restorasi dari Bombana - Kisah Arsyad, Dulu Sopir Angkot Kini Ketua DPRD

Bintang Restorasi dari Bombana - Kisah Arsyad, Dulu Sopir Angkot Kini Ketua DPRD


Ketua DPRD Bombana, Arsyad, S.Pd.,M.H 

Bintang Restorasi dari Bombana,
Kisah Arsyad, Dulu Sopir Angkot Kini Ketua DPRD

-
-
-
Partai Nasdem tak salah memilih sosok Arsyad, sebagai kader terbaiknya. Lelaki yang diujung namanya ada bubuhan gelar S.Pd,M.H telah delapan tahunan menjadi pimpinan partai besutan Surya Paloh itu di Bombana. Ia pun menggurat deretan sukses di dua edisi Pemilu. 2014 lalu misalnya, kala pertama kali menggawangi partai ini, Nasdem merebut dua kursi di DPRD. Lalu di tahun 2019, pencapaian luar biasa ditorehkannya. Lima kursi parlemen plus bonusnya, Arsyad mulus jadi Ketua DPRD.

Arsyad memang sosok politisi jempolan. Sebagai pribadi, lelaki ini terlihat sangat sederhana dan jauh dari kesan elitis. Berbincang dengannya bagai berbagi kabar dengan kawan sendiri. Lelaki kelahiran Poleang Selatan ini amat ramah pada semua orang. “Kan kita ini dilahirkan rakyat, sampai ke fase ini karena rakyat. Kalau kemudian saya dianggap karib pada semua orang, sejatinya seperti itulah wakil rakyat,” katanya, kala diungkap soal profilnya yang rendah hati.

Itu juga yang mendasari dirinya terlihat sangat garang di belakang podium, saat berbicara kepentingan rakyat. Ia rela mempertaruhkan apapun, agar segala aspirasi dan kebutuhan masyarakat bisa terwujud. Baginya, ia lebih khawatir terhadap murka Tuhan dan hilangnya kepercayaan rakyat terhadapnya bila tak serius menjalankan tugas. Posisinya sebagai Ketua DPRD, juga memberi beban lebih padanya.

Usia lelaki ini masih relatif muda, 42 tahun tepatnya. Tapi kiprahnya di panggung politik lokal sangat luar biasa. Di Nasdem, ia berproses dengan baik. 2014, saat dipercaya menjadi ketua partai, ia sukses melenggang ke parlemen bersama seorang kawannya dari partai yang sama. Lalu 2019, ia kembali maju dan kali ini sebuah langkah restoratif dibuatnya.




Di tangan Arsyad, Nasdem sukses memenangkan Pemilu dengan mengumpulkan total 13.642 suara dari lima daerah Pemilihan. Jumlah itu diputuskan KPU sebagai peraih suara terbanyak dengan lima kursi di parlemen. Nasdem pula yang berhak atas kursi Ketua DPRD. Tentu saja, sebagai kader terbaik, maka Arsyad yang didaulat partainya sebagai pemilik kursi pimpinan pertama DPRD. Arsyad layak digelari bintang restorasi bagi Nasdem Bombana.

Cara Arsyad memimpin Nasdem dan saat jadi Caleg memang sangat egaliter. Ia bukanlah sosok yang melakukan segala cara untuk meraih suara rakyat. Sebagai ketua, ia memberi kesempatan setara kepada semua kader untuk bertarung, termasuk dengan rival internalnya, sesama kader. Ia menghitung matang, angka pantas untuk bisa lolos. Jangan heran jika suara yang diraihnya relative tak begitu besar, seperti yang lain.

Di Pemilu 2014 lalu misalnya, alumni magister hukum Universitas Muhammadiyah Kendari ini punya 831 suara yang mencoblos namanya di surat suara. Angka itu sudah lebih dari cukup untuk mengantarkannya bersama 10 orang lainnya dari daerah pemilihan (dapil) 3 Poleang untuk melenggang ke gedung parlemen Bombana. Ia pun tercatat sebagai anggota DPRD Bombana periode 2014-2019.




Sedangkan di Pemilu 2019, Arsyad tampil di dapil 2 yakni Poleang Selatan, Poleang Utara, Poleang Tenggara dan Poleang Utara. Meski terjadi perubahan dapil di Pemilu 2019, alumni strata satu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo bisa survive. Namanya kembali dipercaya rakyat menjadi anggota dewan setelah 900-an orang dari dapil itu memilihnya. Kader-kader Nasdem di Pemilu edisi ini malah bisa meraih hingga lebih 1000 suara. Baginya, kesuksesan menjadi pimpinan partai itu bila banyak kader yang lolos ke parlemen. Itu sudah ia buktikan.

Arsyad sama sekali tidak pernah membangun ekspektasi tinggi dalam berpolitik, apalagi sampai menargetkan dirinya ada di pucuk pimpinan DPRD Bombana. Saat memutuskan tampil bertarung kembali di Pemilu 2019 untuk periode kedua, ia sempat berpikir bila persaingan bakal sangat berat karena adanya perubahan daerah pemilihan. Namun keraguannya itu terjawab. Asho-nama panggilannya-tidak hanya lolos di periode kedua, tapi juga sukses memimpin Nasdem hingga menjadi pemenang Pemilu.

“Jangankan mau jadi ketua, untuk duduk di periode kedua saja saya berpikir keras. Komposisi Caleg berubah, peta politik juga tidak sama. Saya hanya serahkan kepada yang maha kuasa terkait pengabdian saya lima tahun. Jika selama lima tahun, Allah mencatatnya baik, maka dari itu pasti dibukakan jalan untuk duduk kembali. Dan Alhamdullilah tercapai,” kata Arsyad.




Semua keberhasilannya hingga sampai di puncak pimpinan DPRD atas kepercayaan konstituen dan dorongan keluarga terutama istri dan teman-teman dekat. Selain itu, Partai Nasdem yang menjadi pilihan untuk bernaungnya selama berpolitik, juga menjadi faktor utama. Kata Arsyad, Partai Nasdem, adalah partai yang membuatnya duduk di periode pertama dan kedua.

Dimatanya, Partai Nasdem memiliki banyak kelebihan, karena memberi ruang yang sangat besar bagi orang-orang yang ingin memuluskan karirnya di dunia politik. Partai Nasdem memberi perhatian terhadap jenjang kepengurusan, mulai dari Dewan Pimpinan Cabang (DPC) hingga Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Partai Nasdem kata Arsyad, merupakan satu-satunya partai yang selalu menggaungkan politik tanpa mahar.

Pria kelahiran Kampung Baru, Poleang Selatan, 10 Oktober 1979 ini menamatkan pendidikan dasarnya di SDN Kampung Baru 2 di tahun 1990, kemudian melanjutkan pendidikan menengah di SMPN Boepinang dan tamat 1996, serta menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMAN Poleang pada tahun 1999. Asho kemudian kembali melanjutkan studinya di program studi Penjaskes, FKIP, Universitas Haluoleo.

Di tahun 2006 silam, kampus terbesar di Sulawesi Tenggara ini mengganjarnya dengan gelar sarjana pendidikan. Tidak sampai disitu, duduk di kursi Ketua DPRD, Asho melanjutkan lagi pendidikannya di jenjang yang lebih tinggi yakni strata 2. Jurusan yang diambil adalah ilmu hukum. Tahun 2020, titel dibelakang namanya bertambah menjadi magister hukum.


 


Sebelum berkecimpung di ranah politik, anak bungsu dari delapan bersaudara buah hati pasangan almarhum Samsuddin dan Norma Ali Daeng Mapata ini merupakan wiraswasta. Asho menggagas usaha depot air minum isi ulang di wilayah Poleang Selatan. Usaha ini mulai dirintis sejak tahun 2010. Sebagai penunjang usahanya, Asho memberanikan diri membeli mobil pikap dengan cara kredit demi melancarkan bisnisnya.

Namun prediksinya meleset. Usaha galonnya kurang lancar karena penduduk Poleang kala itu masih belum terpikat dengan air isi ulang. Masalah ini membuat Asho kewalahan membayar angsuran kendaraanya. Untuk menutupinya, dia harus nyambi menjadi sopir khusus penumpang pasar di wilayah Poleang.

“Lima hari seminggu saya harus bangun jam tiga subuh untuk mengantar penumpang. Tujuannya di beberapa pasar seperti Pasar Muleno, Tampabule, Bambaea, Toburi dan Muleno. Profesi ini saya geluti selama 9 bulan untuk menambah beban biaya kredit mobil saya,” kenang Asho, menceritakan perjalanan hidupnya.

Kerja kerasnya, tidak sia-sia. Asho bisa menyelesaikan cicilan mobilnya. Usaha air isi ulangnya terus berkembang pesat. Bahkan sampai saat ini, bisnisnya itu telah memberikan lapangan kerja bagi penduduk di kampung halamannya. Suami Irma Sapriani, S.Pi menunjukan kepada semua orang bahwa proses memang tak pernah mengkhianati hasil.

Arsyad boleh disebut sebagai politisi tangguh. Kala usianya belum genap 30 tahun, ia pernah mencoba peruntungan di jalur ini. Ia mendaftar sebagai Caleg untuk ikut Pemilu tahun 2009 dari partai berbeda. Kala itu, Nasdem belum lahir. Ia bertarung di Dapil Poleang Raya. Sayangnya, Asho hanya meraih 500-an suara. Gagal ke parlemen, tak lantas membuatnya patah arang. Lima tahun berikutnya, atau 2014, ia pun mencoba kembali dengan Nasdem sebagai kendaraannya. Kali ini mulus.

Pantas bila Arsyad tahan banting di dunia politik. Ia bukan seorang yang amatiran. Ayah dari Kheysia Atifa Arsyad ini, sudah kenal politik sejak tahun 2007 silam. Dia aktif sebagai wakil Ketua PPP, Bombana. Namun keberadaannya di Partai berlambang ka’bah ini tidak bertahan lama. Asho “hijrah” menjadi pengurus Partai Amanat Nasional (PAN). Ia ikut bergabung di partai berlambang matahari terbit ini atas ajakan temannya, Surahman.

Selain itu, PAN dinilai Asho sebagai salah satu partai yang akan besar di Sultra. Namun lagi-lagi keberadaannya di PAN tidak bertahan lama. Ia kemudian hijrah di Partai Nasdem. Kepindahannya di partai besutan Surya Paloh ini ternyata menjadi jembatan bagi dirinya untuk duduk di lembaga legislatif. Dia juga mencatatkan diri sebagai penduduk pertama Poleang Selatan yang menjadi anggota dewan, sejak Bombana menjadi otonom.

Kini setelah 7 tahun duduk di DPRD, Arsyad mengaku telah memberikan perubahan di Poleang Selatan. Jika selama ini daerah itu, tidak pernah tersentuh APBD, maka sejak keberadaan dirinya, tanah kelahirannya itu mulai dilirik. Selain Dana Gembira, di daerah itu sudah masuk pengaspalan dengan anggaran sekitar 1 miliar, jalan perikanan, tambatan perahu hingga lantai jemur untuk petani rumput laut. “Dari semua program itu, sekitar 6 miliar anggaran yang masuk di Poleang selama satu tahun pertama saya berada di DPRD,” katanya.

Kini, menjelang tiga tahun lagi keberadaannya di DPRD di periode kedua, Arsyad masih memiliki target yang akan diperjuangkannya. Diantaranya, dia akan mengupayakan Poleang Selatan terbebas dari banjir akibat sumber penambangan rakyat pasir, meningkatkan ekonomi masyarakat, serta memperbanyak lahan tambak dengan memanfaatkan lahan tidur serta mengaktifkan kembali lahan tambak yang tidur.

Sementara untuk wilayah pesisir, dia akan memajukan penduduk di wilayah pesisir dengan mengupayakan dan memperjuangkan alat tangkap modern bagi mereka. Selain itu, dengan posisinya sebagai Ketua DPRD Bombana, Arsyad akan selalu memperjuangkan apa yang menjadi tuntutan dan aspirasi masyarakat yang diwakilinya. Dia berharap, disisa masa jabatannya di periode kedua, makin banyak lagi program-program yang akan di perjuangkan masuk khususnya di daerah pemilihannya serta dapil lain di Kabupaten Bombana. (***)


Nama Lengkap                 : Arsyad, S.Pd.,M.H

Tempat tanggal lahir       : Kampung Baru, Poleang Selatan, 10 Oktober 1979

Agama                               : Islam

Status                                 : Nikah

Nama Istri                         : Irma Sapriani, S.Pi

Anak                                  :   1. Kheysia Atifa Arsyad

                                                2. Muhammad Kaysan Surya Arsyad

Pendidikan :

  • SDN Kampung Baru 2 1990
  • SMPN Boepinang, 1993
  • SMAN 1996
  • S.1 Program studi Penjaskes 2006
  • S.2 Fakultas Hukum UMK 2020

Partai Nasdem,

Jumlah suara

  • Periode 2014-2019 = 831 suara
  • Periode 2019-2024 = 900-an suara

Jabatan :

  • Ketua Fraksi Perjuangan Restorasi Nurani (Peran) periode 2014-2019
  • Ketua DPRD Bombana (Periode 2019-2024)


Baca Berita Terkait

Baca Berita Lain

© Copyright 2019 SultraMedia.Com | All Right Reserved